Updating Results

Kamu Fresh Graduate Yang Baru Kerja, Tapi Harus WFH? Bagaimana Cara Adaptasinya?

Alta Windiana

Careers Commentator
Buat kamu Fresh Graduate yang langsung WFH saat pertama bekerja, pasti banyak tantangannya. Bukan cuma soal pekerjaan, juga proses bersosialisasi.

Sejak pandemi melanda Indonesia dan dunia di awal tahun 2020, mayoritas perusahaan menetapkan kebijakan Work From Home (WFH) bagi para karyawannya untuk mencegah penyebaran virus.

Akibat pandemi berkepanjangan, banyak fresh graduate yang merasakan kesulitan mencari pekerjaan di tahun tersebut. Untuk yang akhirnya berhasil diterima bekerja, mereka menghadapi tantangan baru: Menjadi first jobber yang belum pernah menginjakkan kaki di kantor! 

Tantangan WFH buat First Jobber dan Fresh Graduate

Proses adaptasi sebagai anak baru memang tidak mudah. Ditambah kebijakan bekerja dari rumah, tantangannya pun berlipat ganda. Apa saja sih kira-kira?

1. Perkenalan dilakukan secara online

Sebelum pandemi, setiap karyawan baru pasti akan dibawa ‘keliling’ kantor di hari pertama masuk kerja. Baik untuk pengenalan dengan karyawan seisi perusahaan, hingga pembagian departemen serta ruangan kerja.

Nah saat pandemi, semua proses sosialisasi pun otomatis dilakukan secara online. Akibatnya, mungkin kamu akan sulit mendapat gambaran utuh tentang perusahaan tersebut. Baik rekan kerja, atasan, divisi tempatmu ditugaskan atau divisi lain yang akan bekerja sama denganmu.

2. Interaksi dengan rekan kerja menjadi terbatas

Saat WFH, tentu komunikasi dengan rekan-rekan kerjamu menjadi sangat terbatas. Ada kemungkinan kalian hanya akan berinteraksi saat meeting via video call (bahkan tanpa tatap muka, karena kadang banyak yang off-camera), atau melalui group chat. Bisa jadi kalian cuma akan tahu nama, tidak kenal muka.

Tidak ada momen makan siang bareng di meja yang sama, ngopi sore sepulang kantor, atau sekedar ‘mampir’ ke meja sebelahmu untuk ngobrol-ngobrol kecil. Dengan demikian, chemistry atau bonding antar ‘teman-teman seperjuangan’-mu pun harus sengaja diciptakan.

3. Ekstra usaha untuk memahami budaya perusahaan

Budaya perusahaan atau company culture bisa diartikan sebagai nilai-nilai yang dianut oleh suatu organisasi, yang akhirnya menjadi pedoman untuk berpikir dan berperilaku bagi seluruh anggotanya. Budaya ini dapat tercermin dari kinerja para pegawainya serta citra yang terbentuk di masyarakat atas perusahaan tersebut.

Seperti apakah budaya perusahaan tempatmu bekerja? Kompetitif atau kolaboratif? Fleksibel atau birokratif? Apa visi dan misi yang dianut oleh perusahaan? Hal-hal inilah yang juga perlu kamu pahami saat memasuki lingkungan kerja baru.

Kultur yang dianut lingkungan kerjamu nantinya akan mempengaruhi orientasi serta cara kerjamu. Mulai dari cara berinteraksi dengan rekan kerja, atasan, atau customer; pemahaman mengenai etika perusahaan, hingga alur kerja atau workflow.

Dengan terbatasnya komunikasi dan sosialisasi selama WFH, kamu tentu perlu usaha ekstra untuk memahami semua ini.

4. Susah dapat feel kerja kantoran ‘beneran’

Saat melamar kerja, atau bahkan sejak sebelum lulus kuliah, mungkin kalian sudah memiliki ekspektasi sendiri akan betapa asyik dan kerennya kerja kantoran. Mulai dari memilih outfit, berkendara ke kantor, duduk di meja kerja, mengerjakan proyek-proyek seru dan berkenalan dengan teman-teman baru.

Kini, saat semua dilakukan dari rumah atau kamarmu sendiri, tentu feel ‘kerja kantoran’ yang kamu antisipasi pun kurang berasa. Alhasil, kamu membutuhkan ekstra konsentrasi dan ekstra motivasi untuk tetap bersemangat menghadapi segala tugas yang diberikan.

Kamu juga harus pintar-pintar menciptakan suasana kerja yang memicu produktivitas, agar tidak tergoda untuk rebahan di kasur atau sofa yang jaraknya cuma sejengkal dari meja kerjamu.

Lalu, bagaimana caranya agar seorang Fresh Graduate bisa sukses beradaptasi ke lingkungan baru selama WFH?

1. Pertama, set the work mood (and station)!

Bangunlah suasana produktif dan profesional, diawali dengan membuat sebuah workstation untukmu bekerja. Workstation tersebut bisa berupa ruangan atau sudut khusus, atau sesimpel meja kerja tempat menaruh laptop dan perlengkapan kerja lainnya. Pastikan workstation-mu nyaman, bebas gangguan, dan terjangkau koneksi internet yang kencang!

Ciptakan juga sebuah rutinitas yang konsisten. Bangun pagi, mandi, sarapan, kerja, makan siang dan malam, semua dilakukan sesuai jadwal di waktu-waktu yang sama. Dengan demikian, kamu akan ‘terprogram’ untuk selalu produktif di jam kerja.

Sebisa mungkin, selalu berpakaian rapi dan presentable, terutama saat meeting via video conference. Selain kelihatan lebih profesional, outfit yang keren juga bisa mengangkat mood dan rasa percaya dirimu.

2. Pahami budaya kerja dan pola komunikasi

Diawali dari dalam tim atau divisimu sendiri, aplikasi apa yang paling sering digunakan untuk berkomunikasi? Google Meet, Zoom, Microsoft Teams, Slack atau bahkan Whatsapp? Pelajari aplikasi tersebut sebaik mungkin, agar kamu dapat mengoperasikan fitur-fiturnya dengan lancar.

Lalu perhatikan orang-orang yang sering menghadiri meeting bersamamu, dan yang namanya sering tercantum dalam e-mail atau informasi lain yang kamu terima. Cobalah untuk mengenali peranan mereka dalam pekerjaanmu.

Catat juga bagaimana speed serta workflow yang diharapkan oleh atasanmu. Apakah ia membutuhkan update berkala? Lalu, bagaimana gaya komunikasinya? Casual atau formal? Approval siapa sajakah yang kamu butuhkan? Dengan mengetahui hal-hal mendasar tersebut, kamu akan lebih bisa memahami budaya organisasi yang dianut oleh perusahaan tempatmu bekerja.

3. Jangan malu untuk bertanya

Bila ada yang kurang dipahami, jangan malu untuk bertanya kepada atasan. Tanyakan juga padanya, siapa rekan kerja terdekatmu yang bisa ditanya sewaktu-waktu, mengenai cara kerja serta data-data yang dibutuhkan dalam sehari-hari.

Selesai mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan, tidak ada salahnya untuk meminta feedback, baik dari atasan maupun rekan kerjamu. Selalu terima kritik atau saran yang diberikan dengan baik dan bijaksana, agar kamu dapat semakin berkembang.

4. Bonding dengan rekan kerja di luar meeting call

Meskipun tidak bisa bertemu muka secara langsung, cobalah membangun hubungan baik dengan rekan-rekan kerjamu. Kamu bisa mengawali dengan obrolan ringan sebelum atau sesudah meeting, atau melalui chatroom pribadi.

Selain itu, kamu bisa menginisiasi pertemuan via video call di luar jadwal meeting yang ada. Tidak perlu membahas hal yang terlalu serius, atau bahkan terlalu personal. Cukup buka diskusi atau pertanyaan mengenai update pekerjaan yang sedang berjalan, informasi perusahaan, atau industri yang kalian geluti.

Kamu juga bisa menciptakan ‘ritual’ atau kebiasaan-kebiasaan baru dengan tim-mu. Seperti ngopi bareng secara virtual di sore hari, atau concall setiap Senin pagi untuk membangun mood kerja di awal minggu. 

5. Manfaatkan social media

Bukan untuk stalking atasan atau orang-orang kantor, ya. Meskipun social media adalah ranah yang cukup personal, tapi bila digunakan dengan tepat, bisa membantumu untuk beradaptasi dan mengakrabkan diri dengan rekan-rekan kerjamu.

Cobalah untuk terkoneksi dengan teman-teman barumu melalui akun sosmed masing-masing, tapi lakukan dengan bijak dan jangan sampai menginvasi privasi mereka. Kamu bisa bertukar informasi, kegiatan keseharian, atau meme-meme lucu sebagai hiburan di tengah padatnya pekerjaan.

6. Relax, everything will be okay!

Bekerja dari rumah memang relatif lebih melelahkan. Apalagi ditambah beban untuk beradaptasi dengan pekerjaan dan lingkungan yang sama sekali baru.

Sambil berusaha untuk memenuhi segala kewajiban dan ekspektasi yang diberikan padamu, ingatlah bahwa kamu masih dalam proses belajar. Mungkin kamu akan membuat beberapa kesalahan, tapi jangan terlalu dibawa stress atau dimasukkan ke hati.

Jadilah pemerhati yang baik, agar kamu dapat lebih cepat ‘menangkap’ semua yang diajarkan atau ditunjukkan padamu. Bila mulai terasa lelah, istirahat sejenak untuk menghindari burnout.

WFH atau WFO (Work From Office) memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Nikmati setiap prosesnya. Perjalanan karirmu masih panjang, dan ini baru awalnya saja. Semangat, ya!